Pada Awal Mula

Bukan Jesuit Biasa

Cerita diambil dari buku ini. Silakan beli bila berkenan.
Sudah ada versi elektroniknya juga.

Tokoh kita ini, Walter J. Ciszek, SJ adalah Pastor Jesuit Amerika lahir 4 November 1904 di Shenandoah, PA  dari pasangan imigran Polandia sebagai anak ketujuh dari tiga belas bersaudara. Ciszek sendiri menyadari sebagai seorang (anak) yang bandel, keras kepala, tapi sembada kata orang Jawa. Masa kanak-kanaknya dipenuhi kekerasan jalanan model anak-anak. Seperti biasa anak laki-laki yang bandel dekat dengan ibunya. Ibunyalah yang memberikan dorongan ketika di kelas delapan dia menyatakan diri pingin menjadi seorang pastor. “Kamu pasti jadi pastor yang bagus”, begitu kata ibunya yang menyemangatinya. Keinginan untuk menjadi pastor itu bukan karena dua kakak perempuannya masuk asrama menjadi suster (biarawati). Juga bukan karena banyak keturunan Polandia di sekitarnya yang masuk seminari. Tapi sebuah niat yang muncul tiba-tiba namun demikian kuat ketika waktu itu dia berjalan-jalan dan memperhatikan betapa cerahnya langit. Ayahnya tidak seketika mendukung ketika disampaikan keinginan itu. Ciszek tidak ambil peduli atas keraguan dan ketidaksetujuan ayahnya. Sebodo amat toh selama ini mereka tidak pernah akur.

Terhadap ayahnya yang sering tidak akur itu, di saat-saat di penjara dia mengenangnya, tulisnya:

Still, he was a wonderful father. I remember the day I went to a Boy Scout outing in another town and spent the money he had given me at an amusement park near the camping grounds. I had no money for the train fare home. Instead, I hitched a ride by hanging on to the outside of one of the cars. I was nearly killed against the wall of a tunnel we passed through, and I arrived back home in Shenandoah about 1 A.M., very cold, very tired, and very scared. My father, worried, was still waiting up for me. He lit a fire in the kitchen stove and then, without waking my mother, cooked a meal for me with his own hands and saw me safely into bed. Many years later, in the Siberian prison camps, it was that episode above all others that I remembered when I thought of my father. (hal. 19)

(Anak-anak sekarang tentu akan bilang: oh so cool !)

Ciszek masuk ke seminari St Cyrillius dan Metodius di Michigan. Seminari tidak membuat keras kepalanya menjadi lunak, bandelnya berkurang. Di saat malam yang lain tidur, Ciszek bangun dan berdoa di kapel sendirian. Di saat yang lain belum bangun, Ciszek berlari mengelilingi seminari atau di bulan November ketika air danau hampir membeku dia berenang di pagi buta. Ketika masa puasa prapaskah, maka sebulan penuh dia hanya makan roti dan minum air putih tidak yang lainnya. Atau di selama setahun berpuasa tidak makan daging. “I still couldn’t stand to think that anyone could do something I couldn’t do…”

Ciszek selalu mencoba sampai batas terakhir dirinya bisa tahan. Termasuk juga untuk urusan bersosialisasi. Pada saat liburan sekolah, dia memutuskan untuk tidak pulang tetapi tetap di asrama untuk mengerjakan pekerjaan kasar dan merasakan kesendirian, keterputusan dengan keluarga dan teman.

Di seminari jugalah yang semakin membuat dirinya menjadi seseorang yang keras dan tahan banting yaitu ketika dia membaca riwayat hidup St. Stanislaus Kostka, seorang suci dari Polandia. St. Stanislaus Kostka dengan tekad yang membara, pada jaman itu berjalan dari Warsawa ke Roma untuk bergabung dengan Serikat Jesus. (Ada yang bisa berbagi cerita tentang Santo ini ?). Saat itulah Ciszek merasa harus bergabung dengan Serikat Jesus, meskipun jika tetap di seminari itu dia akan ditahbiskan sebagai seorang pastor dalam waktu 3 tahun mendatang sedang kalau bergabung dengan Serikat Jesus, minimal 7 tahun lagi.

(Jadi ingat yang ngaku-ngaku pastor Yesuit Kathedral Jakarta.)

Meskipun saat itu juga ada keraguan dalam hatinya. Gak mungkinlah bergabung dengan serikat yang selalu dituntut ‘ketaatan penuh’. Itu sangat jauh dari dirinya yang sangat-sangat bebas dan mandiri. Melalui pertimbangan dan doa akhirnya dia memberanikan diri untuk menulis surat kepada Jesuit Polandia di Warsawa.

(Gendeng juga nih orang ya, udah dari keluarga imigran Polandia, eh mau jadi Jesuit kok ya nglamarnya yang di Polandia. Emang sih Ciszek bukan Jesuit biasa, seperti judul tulisan saya ini.)

Jawaban dari Polandia tentu sebuah penolakan dan disarankan bila ingin masuk serikat agar menghubungi Provinsial Jesuit di New York tepatnya di Fordham Road. Tanpa memberi tahu yang lain, suatu pagi Ciszek naik kereta ke New York dan sampai ke Fordham Road 501, kantor Provinsial Yesuit. Siang itu Provinsial sedang tidak berada di kantor dan baru akan balik sore harinya. Dia menghabiskan waktu mengelilingi kampus Fordham dan sampai tiga kali balik untuk menanyakan apakah provinsial sudah bisa ditemui belum. Sepanjang waktu itu dia berpuasa. Baru sekitar jam delapan malam Provinsial ada dan dapat ditemui. Dalam perbincangan awal tersebut, Provinsial menanyakan apakah keluarga sudah tahu tentang keinginan masuk serikat. Ciszek meyakinkan bahwa umurnya sudah 24 tahun sehingga sudah bisa mengambil keputusan sendiri sambil mengingatkan cerita St. Stanislaus Kostka yang pernah dibacanya.

Provinsial meminta Cizsek berbicara dengan rekan Jesuit yang lain, seorang pastor tua yang membutuhkan alat bantu dengar. Mereka harus berbicara dengan setengah berteriak, Ciszek berteriak menyatakan diri ‘ingin jadi seorang jesuit’.  Pembicaraan sekitar tiga jam itu, tidak memutuskan apakan ‘yes’ atau ‘no’ untuk menyambut keinginannya. Meskipun Cizsek sangat yakin, tapi Jesuit di situ meminta dia pulang untuk menunggu surat panggilan atau penolakannya di rumah. Khas spiritualitas ignatian soal konsolasi dan desolasi  dia tulisakan:

I went home and began to pack, happy as I had ever been. It was more than joy—it was a deep and soul-satisfying peace. It was something more, too, than just the quiet and release from tension that follows the settling of any emotional problem—it was positive and deep-seated happiness akin to the feeling of belonging or of having reached safe harbor, but deeper than that and a gift of God. (hal. 23)

Akhirnya benar, Cizsek jadi seorang novisiat Jesuit (ya ialah khan dia akhirnya jadi Jesuit, tapi perjalanan panggilannya itu lho yang sungguh sangat istimewa ! Bahkan keberangkatannya menjadi seorang novis (Jesuit) juga tanpa restu yang layak dari ayahnya). Di masa novisiat itu juga Cizsek hampir dikeluarkan. Hanya kekeraskepalanya (tentu kita percaya juga karena Rahmat Allah) yang menyelamatkan dia dari eliminasi.

Segitu dulu, lanjutannya menyusul ya.

One thought on “Pada Awal Mula

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *