Doa Pribadi sebagai Relasi dengan Allah

Ini versi edit dari yang pernah tertayang.

Buku berjudul God and You – Prayer as a Personal Relationship dari William A. Barry, SJ ini meyakinkan kita bahwa dalam berdoa itu membentuk relasi yang intim dengan Allah. Buku yang terbit pertama kali tahun 1987 ini diikuti oleh buku-buku lainnya dari penulis yang sama dengan gagasan dasar yang sama: bersahabat dengan Allah.

Beberapa judul bukunya menunjukkan hal tersebut: A Friendship Like No Other – Experiencing God’s Amazing Embrance, Change Heart, Change World – The Transforming Freedom of Friendship with God. Gagasan bahwa manusia itu secara pribadi adalah teman sahabat Allah. Sebagai teman maka manusia perlu memahami Allah dan perutusannya dirinya. Bagaimana bisa memahami Allah, salah satu caranya melalui doa.

Apa itu doa? Sebagai doa personal, bedakan dengan doa bersama, devosi atau doa liturgi misalnya, doa adalah kesadaran pribadi akan relasi dengan Tuhan. Implikasinya: 1) ketika ada kesadaran tentang aksi Tuhan, maka itu adalah berdoa meski tanpa kata. 2) doa permohonan menjadi sangat dimengerti sebagai apakah aku percaya bahwa Dia peduli bagaimana perasaanku. Juga apakah aku menginginkan apa yang aku rasa, artinya mengungkapkan diriku sendiri. Tuhan tidak membutuhkan informasi mengenai hal yang kita mohonkan, tetapi lebih kepada pengungkapan diri sendiri kepada Tuhan. 3) Gangguan dalam doa adalah hal yang biasa, itu lebih karena kita tidak mau mendengarkan sahabat atau kita bosan dengannya. 4) doa sebagai kesadaran relasi tidak hanya milik orang suci atau mistikus, tetapi juga orang-orang biasa seperti kita.

Dari implikasi itu, Bill menuliskan bab-bab berikut dari: Prayer as Conscious Relatinship, Getting to Know God, Contemplating Scripture, hingga Answers to Prayer The Effects of Prayer, sebagainya. Pendekatannya sangat khas model spiritualitas Ignatian, sesuatu yang dijalani oleh Bill (begitu panggilannya) sebagai seorang Jesuits. Semua bab diberikan contoh-contoh yang ditemui sebagai seorang direktur rumah retretan maupun pengalaman dirinya sendiri. Seperti kita berkomunikasi dan berelasi dengan orang lain, demikian juga relasi dengan Allah.

Penghalang
Ada penghalang hubungan Allah dan manusia yang sulit ditembus yaitu: pengalaman masa kecil bagaimana Tuhan diperkenalkan di masa kanak-kanak. Ketika di masa kanak-kanak diperkenalkan Tuhan yang suka menghukum anak yang tidak menurut kata orang tua, itu akan menjadi penghalang dalam berelasi dengan Tuhan. Relasi dengan Tuhan yang sungguh dewasa, tidak menganggap Tuhan sebagai penghukum, tidak juga menjadikan Tuhan penyelesai segala sesuatu.

Menjadi penghalang juga apabila kita berusaha tampak “bagus atau sempurna” ketika hadir di di hadirat Allah. Jika kita merasa ada kekurangan, ada dosa, maka tak layak di hadapan Tuhan, kita tidak akan pernah berelasi dengan baik. Hadirlah di hadirat Tuhan dengan segala kekurangan kita. Bill mendorong kita untuk hadir apa adanya di hadirat Allah sebagai bentuk relasi yang dewasa dan matang.

Tulisnya: I believe that people find it most difficult to reveal to God their feelings of anger and aggression broadly understood and their sexualfeelings and desires. (hal.48). Nanti pada bukunya berjudul Praying The Truth – Deeping Your Friendship with God Through Honest Prayer – Berdoa dengan Jujur terjemahan terbitan Kanisius, disampaikan bagaimana kita dapat berdoa dengan menyampaikan macam-macam emosi kita kepada Tuhan. Sebuah buku yang perlu dibaca. Kita didorong bahkan ketika kita merasakan emosi kemarahan, sampaikan apa yang kita rasakan kepada Tuhan. Bersikaplah dewasa di hadapan Tuhan.

Tetap Misteri
Meskipun kita bersahabat dan berelasi intim dengan Allah melalui doa, apakah doa kita terjawab atau tidak, atau bagaimana jawabannya, tetap menjadi misteri atau menyisakan misteri. Bagi yang mempercayai doa kita dijawab dengan berbagai macam kejadian atau rasa perasaan tenang menghadapi hidup sehari-hari. Bahkan doa kita itu berdampak terhadap dunia ini (atau lingkungan sekitar kita), Bill menuliskannya di bab berjudul The Effect of Prayer Tuhan. Paragraf terakhir bab 11 itu ditulisnya begini: Yes, prayer does have an effect on the person who pray. But that effect is not the primary motive for praying. It is a by-product. The primary motive for prayer is love, first the love of God for us and the the arousal of our love for God. (hal. 74)

Tuhan yang sudah tidak menjadi misteri, adalah tuhan dengan huruf kecil, bukanlah Tuhan yang sebenarnya.

Amin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *