Spiritualisme di Tangan Tukang Cerita

Spiritualisme memang bukan agama, bukan ritual maksudnya. Spiritualisme adalah sesuatu yang mengetuk hati, juga kadang kesadaran: ada yang lebih besar dari seluruh kita temui dan ketahui, ada dunia lain dari yang kita lihat sehari-hari. Entah dimana tepatnya. Tapi bila kita tak buru-buru mencari ayat dan pembenaran, nyata ada. Bila ditambahkan memikirkannya menggunakan otak, spiritualisme kadang menjadi jauh. Berputar terus di kepala: benarkah ini, bagaimana logikanya, mana ayat yang menyatakannya dan sebagainya. Malah mengganggu.

Nah Simple Miracle-nya Ayu Utami garis besarnya seperti itu. Dasar tukang cerita, Ayu tidak diam saja menemukan fenomena aneh, aneh secara orang normal. Ayu menuliskan fenomena-fenomena yang sering pula kita semua temui. Ayu merangkai fenomena yang dia temui. Jadi cerita, biografis juga. Tapi, Ayu kritis. Nalarnya tidak berhenti dan percaya begitu saja. Apalagi jika itu hanya klaim semata, Spiritualisme Kritis jawabnya.

Di ujung bukunya Ayu menulis: ‘Keterbukaan kita pada dunia spirit dan arwah memang berisiko. Kita jadi rentan. Kita bisa diombang-ambingkan dan dimanipulasi, sebab kita berhadapan dengan yang tidak bisa diverifikasi. Karenanya, sebagian orang memilih menutup diri saja agar tidak diperdaya. Sayangnya sikap menutup diri akan memutus akses kita pada sumber-sumber yang tidak terdiga, spiritualitas maupun kreativitas’.

Sarannya: pertanyakan: reputasi, konsistensi, dan adakah yang mendapat keuntungan. Keuntungan tidak harus berupa materi tetapi juga hasrat (kuasa) untuk diakui misalnya.

Cenayang, sebuah kata yang ada di KBBI dan selama ini karena film di televisi menjadi sebuah profesi yang negatif, atau paling tidak dipertanyakan kesahihannya, didudukan dalam posisi yang sebenarnya. Ya tetap dikritisi dengan tiga pertanyaan itu. Keponakannya mempunyai kemampuan melihat mahluk halus maupun arwah. Banyak cerita soal itu, tetapi juga dikritisinya.

Sebuah pengalaman empiris memang tidak bisa disingkirkan dari pemahaman kita. Pengalaman memberi pemahaman lebih baik. Tapi pemahaman berdasar pengalaman saja tidak bisa dimutlakan. Masih ada hal lain di luar pengalaman kita. Itu bukan keseluruhan kebenaran. Ayu menulis:’Mereka memang melihat lebih daripada aku dan kebanyakan orang. Masalahnya, kita kembali pada pertanyaan ini: apakah yang lebih itu sama dengan seluruhnya? Tentu tidak. Secara logis pun tidak. Apa yang lebih bukan dengan demikian berarti utuh. Yang lebih tidak berarti lengkap. (90)’

Sekali lagi Ayu memang pintar cerita. Dirangkaikannya fenomena, dikritisinya yang selama ini dipercaya atau dijelaskan sesuai dengan pandangannya. Enggan kita meletakkan buku yg sedang kita baca ini. Ceritanya mengalir, kalimatnya pendek dan kadang tak terduga.

Kita bisa memetik pengalaman Ayu dengan doa lebih dari yang tertulis di kitab suci. Cerita kecil soal kerasnya keinginan Ayah Ayu pidato di perkawinan anaknya yang menikah beda agama, sungguh menggambarkan kekuatan doa. Cukup doa yang tulus dan sisanya serahkan padaNYA.

Tapi lebih dari itu semua: Ayu sungguh sayang sama Ibunya. Tidak percaya, baca sendiri saja Simple Miracle ini. Kita bisa belajar bagaimana mencintai orang tua kita, memahami cinta orang tua kepada kita anak-anaknya.

Selamat membaca.

IMG_7014-0.JPG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *