Barabas – Diuji Segala Segi

Sebuah novel karya Arswendo Atmowiloto, GPU 2019

Senang baca cerita, baca novel ini. Senang membayangkan suatu keadaan, baca novel ini. Seneng baca Injil, terutama sekitar wafat Yesus dan kebangkitannya, baca novel ini. Senang berdoa Salam Maria dan Rosario, baca novel ini. Beneran.

Ini novel mengambil setting waktu sekitar kematian dan kebangkitan Yesus. Ya sekitar 40-50 hari sajalah. Tokohnya Yesus Barabas. Ya Barabas, yang menurut Injil, tahanan Romawi yang dibebaskan Pilatus dari hukuman mati. Inget pasio-nya dari Injil tulisan Yohanes yang dilagukan di hari Jumat Agung: Jangan Dia, melainkan Barabas. Biasanya dilagukan oleh koor, dilanjut narator: adapun Barabas, seorang penyamun.

Arswendo Atmowiloto, penulis novel ini, secara jenial menokohkan Barabas dengan sebutan Kalajengking Tampan, yang sangat sedikit cerita tentangnya di Injil, menjadi cerita yang utuh. Cerita Barabas ini utuh meskipun pembaca dengan memori bacaan Injil tentu akan menambahkan sendiri memori cerita. Nama-nama yang muncul di novel ini juga nama-nama yang sudah sangat dikenal karena muncul di Injil. Jeniusnya Wendo, cerita yang dia bikin ini tidak muncul di Injil meskipun sangat berkaitan dengan cerita di Injil.

Barabas digambarkan sebagai orang Yudea yang sangat membenci Romawi yang disebutnya Iblis Penjajah Klimis. Semua yang berbau Romawi dibenci luar-dalam. Memanjangkan rambut semata karena ‘berbeda dari serdadu Romawi yang klimis tanpa kumis’, tidak naik kuda karena kuda adalah tunggangan serdadu Romawi. Gadis yang dipacari serdadu Romawi disebutnya sundal, pelacur. Pokoknya mereka yang berhubungan dengan Romawi dilabeli sesuatu yang busuk.

Namun nanti ketika Barabas mengenal Yesus Kristus, yang dilihatnya ketika penuh luka dari ujung rambut hingga ujung kuku dibungkus cahaya dan tersenyum kepadanya, terjadi pembalikan. Pembalikan karena “Kebencian yang menghancurkan, yang bisa diganti dengan kebaikan, dengan kasih, dengan demikian di bumi kita berlaku seperti di dalam Kerajaan Allah”. Sebuah pembalikan karena menyadari kasih itu lebih besar dari semuanya. Baca bab ‘Barabas Berubah, Juga Roma’ (hal. 197)

Wendo secara jenial memasukkan hal-hal yang kadang sulit diterima dalam sebuah cerita. Misal di bab berjudul “Kisah dan Tafsiran” ditulisnya seperti ini:

Itulah cerita awal Injil itu ditulis oleh Matius atas perintah Petrus.

Pokoknya baca novel ini akan menikmati cerita yang sungguh hidup. Terbagi banyak bab, tapi satu bab hanya ada satu cerita yang sangat pendek. Bahkan hanya satu paragraf dan banyak yang hanya satu halaman. Bagi yang suka baca Injil dan merenungkan dengan menghidupkan kejadian di Injil tampak nyata dan ikut jadi pemain di cerita itu, maka baca novel ini akan memperkaya bayangan keadaan waktu itu. Arswendo sangat piawai menggambarkan keadaan setempat, menggambarkan kodisi seseorang dengan detail. Ini tentu akan membantu kita membayangkan keadaan sebenarnya di jaman Yesus berkarya.

Ceritanya juga penuh cerita yang bikin senyum, tanpa perlu merenungkan terlebih dahulu. Ini khas cerita Arswendo, bisa langsung bikin tersenyum setelah baca:

“Barabas, kenapa kita harus berdoa setiap hari?”
“Sebab itulah yang diajarkan langsung oleh Tuhan Yesus. Berilah kami rezeki pada hari ini. Yang artinya rezeki untuk hari ini, besok kita berdoa dan berusaha lagi. Tuhan Yesus tidak mengajarkan berdoa dengan ‘Berilah kami rezeki seminggu sekali'” (hal. 247)

Atau ini:

Dua hari menjelang hari ke 40, Barabas masih terlihat. Bertemu Lazarus
“Bagaimana kabar dua saudarimu yang cantik?”
“Untuk apa aku jawab, kalau Barabas tidak punya niat beristri.”
Keduanya tertawa.

Atau senyum yang simpul:

Nafas spiritualitas novel ini sangat kental dan dalam. Jauh lebih bercerita, tapi juga jauh lebih mendalam spiritualitasnya misal dibandingkan dengan novel Horeluya (GPU, 2008). Novel yang harus dibaca oleh mereka yang membaca Injil untuk menemukan cerita yang lebih banyak tentang kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Mungkin novel ini tepat dibaca ketika masa Prapaskah, tapi dibaca bulan Oktober ini juga tepat. Banyak cerita tentang Bunda Maria, Ibu Yesus yang setiap Mei dan Oktober diperingati oleh orang Katolik sebagai Bulan Maria dan Bulan Rosario.

Tentu yang tidak mengenal Injil, belum pernah membacanya, tetap akan mendapat cerita, dapat sesuatu dengan membaca novel ini. Banyak kutipan-kutipan yang membikin senyum. Paragraf pertama saja sudah begini: “Inilah kesaksian hidup Barabas, lengkapnya Yesus Barabas. Nama lengkap itu tercatat karena Barabas masuk penjara, dan kebiasaan penjara adalah mencatat nama narapidana secara lengkap, dengan semua nama alias atau nama yang pernah dipergunakan.” Karena bagaimana pun Arswendo Atmowiloto seorang penulis yang piawai bercerita, dan itu cukup bagi yang senang membaca novel.

2 thoughts on “Barabas – Diuji Segala Segi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *