File ini tertanggal 25/05/2023, tayang lagi karena kebetulan lihat buku ini tergeletak sepertinya minta perhatian. Pernah dibaca, pernah dibuat resensi. Tayangkan saja, lagi.
Membaca injil harian mengikuti kalender liturgi Gereja Katolik di waktu-waktu ini (pekan setelah Paskah) akan kebagian membaca Injil Yohanes. Kerasa banget Injil Yohanes ini, yang sering disebut Injil Keempat, agak berbeda dengan injil sinoptik (Injil Markus, Mateus, Lukas). Bukan hanya berbeda susunan peristiwanya tetapi juga menggunakan susunan kata yang berulang-ulang dan panjang. Susunan katanya lebih menggambarkan puisi daripada prosa. Isinya lebih ke wejangan Yesus dan tidak mengutamakan peristiwa atau kejadian. Agak susah membaca injil ini.
Akhirnya menemukan buku: Injil Yohanes, Injil Cinta Kasih buah karya Martin Harun OFM terbitan Kanisius tahun 2015 (dicetak lagi 2023). Penulisnya sendiri Guru Besar di Bidang Biblika di STF Driyarkara, sebuah jaminan tentunya. Buku dengan tebal 316 halaman ini tidak diartikan sebagai penjelasan atau buku tafsir. Buku ini diharapkan untuk membantu pembaca mengerti, mengenal dan memahami Injil Yohanes secara mendalam.
Siapa penulis Injil Yohanes telah menimbulkan perdebatan sejak lama. Apakah ditulis oleh Yohanes Rasul sebagai murid yang dikasihi Yesus? Apakah ditulis oleh Yohanes Pembabtis yang mengikuti Yesus sejak dibabtis dengan Roh? Apakah oleh murid yang paling dikasihi oleh Yesus, namun siapa? Belum terang benar tetapi semua ahli sepakat bahwa Injil Yohanes ini telah digunakan oleh jemaat Yohanes, ditulis dengan beberapa kali peredaksian oleh murid penulis, dan didasarkan pada pandangan mata murid Yesus sendiri. Itulah sebabnya penamaan Injil Yohanes masih dapat diterima. Dalam cara pandang itu nama Injil Yohanes tetap dapat dipakai. (hal. 21).
Injil Yohanes ditulis untuk kalangan orang Kristen Yahudi yang sudah kena pengaruh budaya Yunani. Maka awal injil berbunyi: Pada awalnya adalah Logos (Firman). Budaya Yunani mengenal apa itu Logos, lihat diskusi para filsuf Yunani: Plato, Aristoteles dan sebagainya. Tidak mudah bagi orang Yahudi untuk menerima Yesus itu Datang dari Allah, tentu akan dianggap menghujat Allah karena menyamakan diri dengan Allah. Orang Yahudi yang monoteisme tentu tidak akan terima dengan itu dan Yesus harus menanggungnya: mati di kayu salib.
Pada titik itu orang Yahudi sama dengan orang Saduki, tetapi pada titik yang lain berbeda misal terkait kebangkitan orang mati. Bagi orang Saduki, kehidupan hanya ada di dunia ini. Nanti waktu Paulus dihadapkan ke Sanhendrin ada kejadian lumayan memukau. Paulus dibela orang Yahudi ketika disalahkan oleh Saduki karena kepercayaannya terhadap orang yang sudah mati (Yesus) dan atau malaekat. (Kis, 23: 6-11). Seperti itulah orang beragama, saling merasa benar sendiri.
Kembali ke Injil Yohanes yang disebut sebagai Injil Cinta Kasih, karena ditampilkan Yesus yang ajaran utamanya adalah Cinta Kasih. Kasih Allah tanpa batas, kasih Allah Bapa dan Anak, kasih Yesus untuk murid-murid, kasih murid-murid kepada Yesus. Untuk memudahkan pemahaman, Injil Yohanes itu dibagi dalam dua besar yaitu: Kitab Tanda-Tanda (Yoh 1: 19 – 12:50) dan Kitab Kemulian (Yoh 13: 1 – 20:29), ditambah dengan Prolog (Yoh 1: 1-18) dan Epilog (Yoh 20:30 – 21:25).
Ok, jadi apakah setelah membaca buku Martin Harun OFM ini kemudian menjadi mudah membaca Injil Yohanes? Tidak juga. Bagaimana pun membaca injil itu dibutuhkan kehadiran Roh sendiri untuk membuka hati pembaca. Pembaca hanya menyiapkan diri untuk berbesar hati membuka diri menerima tuntunanNYA. Setiap membaca injil harus dengan kesadaran seperti itu, bukan soal mudah atau susah. Seperti dikatakan penulis di Prakata. Tujuan akhir studi Alkitab bukanlah memahami kitab tetapi menerima hidup kita sendiri sebagai anugerah Tuhan dan tantangan nyata.
Namum membaca buku ini memberikan banyak pengetahuan: bagaimana keadaan waktu Injil Yohanes ditulis (70 – 100 M), latar belakang budaya, kristologis dan teologisnya, hingga pemahaman perikop yang disajikan dengan sangat detail. Benar sekali, setiap buku bermanfaat untuk dibaca. Ciao.
Menarik. Memang sih semua kitab suci tak kunjung terpahami sampai tuntas bagi orang awam. Di kalangan teolog pun bisa beda tafsir. 😇
OOT: keempat Injil itu kadang saya bayangkan spt berita di media berbeda, masing-masing punya angle.
Bukan berarti kitab lain saya pahami, tetapi dalam Perjanjian Baru kitab Wahyu bagi saya rumit. 🙏🙈
Setuju dengan tidak mudah dipahami, juga soal angle yang digunakan. Satu lagi, Injil itu ditulis berjarak waktu dari kejadian yang cukup lama. Jadi yang ditulis hanya yang menjadi ingatan bersama. Bukan seperti live report, meskipun kita boleh membayangkannya sebagai live report. Agar lebih memahami. Bingung ya.