Albertin-Lvov Pijakan Terakhir Sebelum Rusia

ini lanjutan cerita di sini ya

Pada akhirnya tokoh kita ini tiba ke Albertin – Polandia November 1938 sebagai pastor paroki sekaligus pengajar bagi Jesuit muda dan anak-anak paroki situ. Seperti pastor romo jaman dulu, Ciszek termasuk rajin mengunjungi umatnya. Sekedar berkunjung untuk berbagi cerita, mendengarkan pengakuan, mengunjungi orang sakit, dan kegiatan pastoral lainnya. Sekitar setahun di situ, ketegangan dunia meningkat. Perang antara Jerman (Hitler) dan Rusia kayaknya sudah di ujung senapan. Sebagai warga Amerika, Ciszek mendapat telegram dari Kedutaan Amerika untuk menyiapkan diri pulang ke Amerika mengingat keadaan sudah genting. Namun keinginannya ke Rusia dan rasa tanggung jawabnya sebagai pastor paroki yang ditugaskan di situ membuat Ciszek menolak untuk pulang ke Amerika. Dia memutuskan untuk tinggal.

1 September 1939 Hilter menginvasi Polandia. Perang sudah nyata. Misi kecil Jesuit di Albertin harus memutuskan. Jesuit muda dikembalikan pada orang tuanya sampai keadaan menungkinkan, Ciszek dengan paspor Amerika tetap bertahan dengan perhitungan akan mendapat respek dari tentara Jerman maupun Rusia. Sedang pastor yang ada bertahan untuk menguasai dan mempertahankan properti. Suatu pagi, tentara Rusia sampai ke Albertin. Seperti layaknya tentara dimanapun, mereka membutuhkan tangsi tempat mereka bermalam dan tinggal, mulai mengokupasi gedung-gedung yang ada termasuk gedung seminari dan gedung lain yang dimiliki oleh gereja.

Bagaimanapun juga tentara Rusia yang pasti sudah di-brainwash menjadi seorang atheis, tidak bisa berdampingan dengan damai orang-orang beriman di masa yang tidak menentu (perang). Ciszek menceritakan bagaimana buku-buku perpustakaan dibuang-buang oleh tentara mengingat perpustakaan seminari tersebut akan digunakan sebagai tempat menginap. (Jadi inget bagaimana dulu ortu membakar satu almari penuh komik hanya karena adik tidak naik kelas. Kami hanya menyaksikan dengan penuh rasa sesal, baik karena ketidaknaikan kelas adik tapi terlebih karena kehilangan komik itu.) Para tentara melakukan gangguan pada saat perayaan ekaristi. Salah satunya membuat Ciszek sangat marah. Tulisnya:

Then one Sunday, after the seven-o’clock Mass, I went out to give a short sermon to the people. As I started to speak, I noticed some soldiers lounging in the vestibule of the church. They were standing there laughing, caps on their heads and devilment in their eyes. I got mad. In my anger, I launched into a sermon on the classic text “The fool hath said in his heart there is no God.” It was probably the most spontaneous sermon I ever preached; every word came right from the heart and flew straight at them. They were stunned momentarily, then bewildered, looking around sheepishly, shuffling their feet as they saw the eyes of the congregation turn to them. They started to go, then stood there, too proud to retreat but ashamed to react, until I had finished. It was a personal triumph of sorts for me, but it was bound to be costly, and even then I knew it. (hal. 37)

Hahahahahaha, pastilah ujungnya bisa ditebak. Yang bersenjatakan otot ya pasti menggunakan ototnya untuk menutupi malunya itu. Besok lagi, bukan cuma gangguan suara, tapi mereka mengobrak-abrik gereja! Gereja akhirnya harus ditutup dan misi kepada ritus timur terpaksa dihentikan. Namun Ciszek mendapatkan kejutan karena bertemu dengan Pater Nestrov dan Pater Makar, Three Musketeers kembali berkumpul. Cizsek menggambarkan dua temannya itu dengan seperti ini:

Makar, the tall Georgian, was strangely elated. With his long, wavy hair, hook nose, and flashing black eyes, he seemed a born ad- venturer, and the trip from Lvov to Albertin had put him on his mettle. Nestrov was another adventurer of sorts, though he didn’t look like one. He was heavy-set and practically bald, with a bulbous nose that made him look like a larger version of Tolstoy. (hal. 39)

(Penggambaran detail wajah dan perawakan manusia termasuk yang dipelajari khusus dalam kelas menulis narasi. Dan cara Ciszek menggambarkan detail (orang, bangunan, suasana) sungguh mengagumkan karena membantu pembaca membangkitkan bayangan yang ada.)

Lanjut tulisan berikutnya ya.

One thought on “Albertin-Lvov Pijakan Terakhir Sebelum Rusia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *