Terima kasih kepada bapak, ibu, saudara, kerabat, sahabat dan teman kami semua yang telah meluangkan waktu menyertai kami, menemani dan mendoakan Ibu sejak sakit hingga hari ini dan di hari-hari mendatang. Terutama kepada Romo Paulus Supriyo, Pr dari Paroki Pugeran yang mempersembahkan misa requiem siang ini.
Ibu Chatarina Sumiharti, ibu kami ini, Ibu yang sungguh membesarkan kami semua dengan tangan kasihnya. Ibu yang tak pernah menuntut baik kepada Bapak maupun kepada kami anak-anaknya.
Ibu yang dekapannya menguatkan ketika kami gundah. Pelukan hangatnya membuat kami tenang.
Ibu yang masakannya selalu pas di lidah kami semua. Ibu memasaknya dengan bumbu cinta.
Ibu yang jahitan bajunya, entah dari bahan kain atau permak baju yang kami beli, enak jatuhnya. Ibu menjahitnya dengan benang rasa sayang.
Ibu yang kibasan kemoceng, elusan kain lap dan gerak sapunya membersihkan rumah hingga nyaman buat kami bertumbuh.
Dalam ingatan kami, Ibu tak pernah sakit. Senantiasa sehat. Maka ketika sekitar setahun lalu Ibu mengeluh ada benjolan di punggung, awalnya kami tenang saja.
Baru ketika Ibu ngendiko: kok loro tur awakku gampang lemes. Kami tergerak untuk mengajak ke rumah sakit, periksa dokter. Ditawari operasi pengangkatan, Ibu kerso. Tanpa mengeluh, berbulan lamanya itu luka operasi tidak menutup sempurna.
Kami terus mengusahakan pengobatan terbaik. Hingga lebaran kemarin, kesehatan Ibu terus menurun. Kadang tidak sadar, kadang sadar dan melirih sakit. Kadang ingat semua, kadang lupa segala hal.
Kata pemazmur, tujuh puluh umurmu, delapan puluh jika kamu kuat. Tahun ini umur Ibu delapan puluh tiga, sudah lebih dari kuat.
Tetapi terbaik bagi Ibu ternyata datang Minggu 2 September 2018 pukul 13:10 di Rumah Sakit Panti Rapih. Ibu tindak ke rumah Bapa, Ibu kondur ke peristirahatan langgeng, setelah paginya mendapatkan sakramen pengurapan orang sakit oleh Romo Gunadi Pr.
Untuk itu kami mohon doa dan maaf sebesar-besarnya bila Ibu kami mempunyai salah. Bila masih ada sangkutan dengan Ibu, silakan menghubungi kami putra-putrinya karena Ibu tak pesan apa pun.
Ibu akan dimakamkan di makam Ndaengan. Satu-satunya tempat yang Ibu usahakan sendiri dan kami putra putrinya menghormati pilihan Ibu ini.
Bagi bapak ibu saudara saudari yang berkenan untuk menghantar Ibu hingga pemakaman, kami ucapkan banyak terima kasih.
Demikian dari kami keluarga. Dan terakhir ‘lemah teles, Gusti Allah sing mbales‘.
Berkah dalem.
NB:
Tadi dibacakan dari naskah yang belum diedit, dengan suara tertahan, mencekat. Tapi tak jatuh tangis.
Yogyakarta, 3 September 2018.