Jumat Agung
Umat Kristiani memperingati wafat Tuhan Yesus pada perayaan Jumat Agung. Pada kalender kita, kita libur pada hari Jumat ini. Sedang pada kebangkitanNYA, di hari Minggu malah tidak dinyatakan sebagai hari libur. Ya karena yang menggunakan kalender Gregorian biasanya juga libur di hari Minggu jadi tidak perlu ada libur lagi.
Bagi umat Katolik, peringatan wafat Tuhan Yesus adalah peringatan khusus. Tidak ada ekaristi di hari itu, pokok liturginya hanya: liturgi sabda, penyembahan salib, dan komuni. Komuni tidak didahului Doa Syukur Agung dan menggunakan hosti yang sudah dikonseklir pada perayaan Kamis Putih. Maka biasanya di Kamis Putih, hosti yang dikonseklir lebih lebih banyak dari biasanya karena untuk komuni di Jumat Agung.
Di Gereja St. Franciscus Xaverius Cangkringan, sebuah stasi dari Paroki Petrus dan Paulus Babadan – Sleman, perayaan Jumat Suci dilaksanakan pukul 15:00 menggunakan bahasa Jawa tanpa gending dan dipimpin oleh Romo Andreas Sulardi, Pr. Bila di kota-kota besar mengikuti rangkaian Pekan Suci butuh waktu 1 – 2 jam sejak berangkat dari rumah, menunggu waktu dimulai, maka di stasi kecil begini lebih longgar. Hingga 20 – 30 menit sebelum dimulai masih sepi, meski nanti ketika waktu mulai bakalan penuh juga.
Suatu yang khas di gereja Katolik adalah pembacaan Kisah Sengsara Tuhan Yesus yang dilagukan (pasio). Lagu pasio sudah standar dan mudah diingat tapi bila dalam bahasa Jawa, ya baru akan mengikuti sekarang ini. Ini kesempatan pertama mengikuti pasio pakai bahasa Jawa, menarik. Berikut ini video cuplikan pasio dalam bahasa Jawa itu: Pasio Sangsara Dalem Gusti Yesus
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=y40u21v9qaE?ecver=1&w=560&h=315]
Disajikan juga bagian yang dilagukan itu, agar bisa diikuti dengan baik :))
Tidak ada homili pada kesempatan ini dilanjut dengan doa umat yang juga dilagukan. Doa umat kali ini adalah doa permohonan yang dilagukan bergantian antara pelagu doa dengan romo, juga dalam bahasa Jawa. Berikut cuplikan salah satu doa permohonan yang dilagukan oleh lektris. Menarik.
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=NDtYh5bbcH0?ecver=1&w=560&h=315]
Ini doa yang ditayangkan itu:
Jumat Agung tentu pakai penyembahan salib, ngabekti salib suci. Semua hadirin kecil besar tua muda pria wanita melakukan penyembahan salib. Di gereja-gereja besar dengan banyak umat, penyembahan salib membutuhkan banyak salib dan banyak waktu. Beda dengan di Gereja Cangkringan ini, hadirin sekitar 300an dengan tiga buah salib tidak butuh banyak waktu. Koor cukup hanya menyanyikan dua lagu mengiringi penyembahan salib itu.
Sedikit berbeda, mungkin khas di Keuskupan Agung Semarang, setelah penyembahan salib dilakukan pemberkatan benda-benda rohani melalui percikan air suci. Sebelumnya umat sudah diberitahu untuk membawa benda rohani seperti: salib, rosario, kitab suci, patung, dan benda rohani lainnya untuk mendapatkan berkat. Umat yang membawa benda-benda rohani mengangkatnya dan romo berkeliling untuk memberikan percikan air suci. Sementara itu altar dipersiapkan untuk komuni.
Sebuah pengalaman menarik: mengikuti pasio dalam bahasa Jawa dan pemberkatan benda rohani secara bersama. Mengikuti misa kudus dalam bahasa Jawa sudah kerap kali, di Gereja St. Franciscus Xaverius ini jika minggu ketiga setiap bulan misa diadakan dalam bahasa Jawa. Bahasa memang soal pengungkapan apa yang ada dalam hati, juga ketika berdoa. Tidak seluruh frasa atau kalimat dapat dimengerti, masih perlu banyak mengikuti misa bahasa Jawa, tapi memang terasa lebih menyentuh.
Berharap misa seperti ini, dalam bahasa lokal tetap dilakukan sesuai lokalitas masing-masing gereja. Meskipun gereja Katolik itu universal, sesuai dengan kata katolik, tetapi penghormatan kepada budaya setempat mendapat tempat istimewa, inkulturasi istilahnya. Pernah mengikuti misa di Bangkok dalam bahasa Thailand, sama sekali tidak ada satu kata pun yang dikenali, tetapi karena struktur misa yang sama tetap dapat mengikuti misa dengan baik. Tentu doa dalam hati tetap dalam bahasa Indonesia. :))
Jumat Agung adalah perayaan penuh kesedihan, muram namun tetap memberikan harapan bahwa Allah yang memberikan diri dalam Putra Tunggal, sengsara dan wafat untuk kita semua yang mempercayainya. Nanti pada KebangkitanNYA, semakin nyata cinta Allah kepada manusia. Allah menyertai manusia, mengatasi maut.