27 November 2015, Jumat Kliwon, sore itu tidak terlihat mendung apalagi hujan. Langit cerah. Tapi tidak bicara apapun kecuali kekhawatiran. Sore itu kekhawatiran terjadi. Karlos mati.
Ya, Karlos mati. Setelah 10 hari tidak mau makan. Makan harus menggunakan suntikan, dan selalu diikuti muntah setelah dia minum banyak-banyak air putih, hidup Karlos berakhir. Mati.
Selama sakit 10 hari itu, dua kali sudah visit dokter, sekali di bawa ke klinik, dua macam obat diberikan, sempat diinfus, diberi minum Pocari, berat badannya tinggal sekitar 25 kg dari biasanya 34 kg.
Ini fotonya di meja periksa dokter di Klinik Laras Satwa BSD.
Malam itu Karlos sudah lemah sekali. Tidur mengangkat kepala saja sudah payah. Itu hari Minggu, 22 November 2015 kira-kira jam 10 malam ketika klinik pun seharusnya sudah tutup. Dia diambil darah untuk pengecekan. Malam itu dia diinfus dan terlihat lebih segar paginya. Tentu kami berharap banyak, Karlos sembuh, meski pada infus botol kedua tidak mau mengalir. Diputuskan dicabut infusnya.
Dokter hewan Fauzan menyarankan untuk dirawat paling tidak ketika harus diinfus, tapi di klinik itu tidak ada kandang besar. Klinik-klinik yang lain sekitaran rumah sudah tutup. Waktu itu sudah tengah malam. Kami membenarkan diri untuk tidak menitipkan karena kami ingin merawat Karlos dengan tangan kami. Kami tidak ingin Karlos merasa dipisahkan atau bahkan dibuang karena harus menginap di penitipan atau klinik hewan. Biarlah dia berada di antara kami.
Dari hasil pemeriksaan darah diketahui fungsi ginjal sudah terganggu. Bisa karena umur, ya Karlos sudah 9 tahun umurnya, sebentar lagi 10 Januari dia berumur 10 tahun. Bisa karena leptopirosis. Bisa karena dua-duanya. Waktu itu kami sudah kecil hati, mengingat serangan lepto sangat sulit diatasi kecuali diketahui dini. Begitu hasil kami baca-baca.
Selama sakit Karlos tetap anjing yang cool. Ketika teman-temannya, kami punya dua ekor beagle jantan, diajak jalan keluar rumah, Karlos nunggu di pintu pagar, minta ikut. Meskipun akhirnya hanya menggelosor di depan pagar. Ketika kami pergi, pandangan matanya tetap mengantarkan seperti biasa. Ekornya tetap dikibaskan ketika tahu kami datang atau menyebut namanya. Hanya kali ini tidak ada gonggongan manja.
Akhirnya setelah kami berdua tidak bisa menyelesaikan lubang kuburnya, ternyata memegang cangkul berat banget, dibantu oleh tukang bangunan kubur Karlos jadi. Dan Karlos pun dikubur di bawah pohon belimbing depan rumah. Penasaran lihat Karlos terakhir kali ? Ini dia.
Karlos dibungkus dengan handuk mandi dan kain alas jika Karlos ikut duduk di bagasi mobil.
Tangis, tentu. Kami kehilangan sahabat yang tidak pernah mengeluh, tidak pernah menuntut, selalu ceria dan bersemangat. Karlos adalah obat mujarab stress kami. Karlos adalah bagian dari kami.
Diedit sedikit. Jumat itu 27 Nov bukan 28 Nov. Entah kesedihan entah pikun jadi salah tanggal begitu :))