Vigili Paskah – Tirakatan Wungu Dalem
Sabtu malam sebelum Minggu Paskah adalah perayaan khas Gereja Katholik. Denominasi Kristen yang lain tidak mempunyai ritual untuk vigili ini. Bicara soal denominasi ini agak sengkarut sebetulnya tergantung klaim muncul dari mana. Tetapi sekedar pembedaan dari sejarahnya maka pemisahan kristen yang pertama adalah antara gereja barat (Roma, Katholik) dengan gereja timur (Konstantinopel, Orthodox). Pada gereja barat kemudian ada pemisahan lagi yang lebih mudah disebut: Kristen Katholik dan Kristen Protestan. Kaprah yang berlanjut, ‘Katholik’ untuk sebutan Kristen Katholik dan ‘Kristen’ untuk sebutan Kristen Protestan.
Itu garis besarnya. Jika dalami maka akan banyak sengkarut yang melibatkan soal: dasar iman kepercayaan, ritus, kitab-kitab yang diakui, pimpinan, hingga ritus. Katholik dan Orthodox biasanya tidak menyebut diri sebagai denomimasi. Denominasi hanya diperuntukkan kelompok-kelompok di dalam kelompok besar Kristen (Protestan). Udah deh segini dulu soal ini.
Banyak hal bisa diperdebatkan tetapi soal Paskah, Kebangkitan Tuhan semua menyepakati hal yang sama: Yesus wafat sebagai silih atas dosa manusia, Yesus mengalahkan maut, bangkit untuk menebus manusia dan menyertai manusia sepanjang masa.
Perayaan Vigili Paskah dilaksanakan di Gereja St. Franciscus Xaverius Cangkringan pada Sabtu 31 Maret 2018 dimulai pukul 19:00 dipimpin oleh Romo Antonius Susanto, OMI menggunakan bahasa Jawa dengan iringan gamelan.
Perayaan Vigili selalu dimulai dengan upacara cahaya yang menjadi simbol bahwa Yesus Kristus sebagai terang dunia. Dalam keadaan gelap, seluruh lampu dimatikan agar hanya akan ada cahaya dari lilin Paskah, arak-arakan petugas liturgi dan romo berhenti di depan pintu gereja di mana upacara cahaya akan dilakukan. Tiba-tiba terdengar doa pembukaan dalam bahasa Jawa yang dinyanyikan (dikidungkan) oleh Romo Santo. Romo Santo sangat piawai dalam menyanyikan doa-doa itu, suaranya yang keras namun lembut, bulat dan jelas menciptakan suasana yang syahdu. Nges. Sayang gak bisa ambil audito maupun video-nya.
Perarakan lilin Paskah memasuki gereja yang kemudian ikuti Madah Pujian Paskah (Pepudyan Paskah) yang dikidungkan oleh petugas. Berikut video cuplikannya.
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=ZPfu_nuvqrs?rel=0&showinfo=0&w=560&h=315]
Umat menanggapi dengan menyanyikan:
Surak-suraka umat manungsa sadonya Surak-suraka Gusti wungu saka seda Sembah sewu nuwun unjukna marang Pangeran Gusti menang perang klakon kalah bala setan
Pembacaan Liturgi Sabda yang jumlahnya lima, tiga bacaan dikidungkan oleh petugas dan tiga doa menyertai dikidungkan oleh Romo Santo. Mantab banget.
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=2omFY3yxnvg?rel=0&showinfo=0&w=560&h=315]
Maaf jika terlalu lirih ya :))
Teks doa yang dibacakan itu:
Hingga bacaan Injil dilanjut dengan homili. Romo Santo mengajak umat untuk tersenyum dan tetap tersenyum menghadap ke kanan dan kiri. Sebuah ice breaking yang sangat bermakna. Senyum yang berasal dari hati mudah membawa kita dekat dengan orang-orang di sekitar. Inti homili Romo Santo adalah ucapan: aja wedi, jangan takut. Mengapa tidak perlu takut? Ada tiga alasan untuk tidak perlu takut.
Pertama, Gusti pingin manunggal. Ketika Allah menciptakan dunia dan seisinya, menciptakan langit dan bumi, daratan dan lautan, binatang-binatang dan tumbuh-tumbuhan, manusia dicipta menurut citraNYA (ngemperi Aku). Allah melihat semuanya itu baik. Kita tidak perlu takut karena Allah sendiri menciptakan itu semua baik dan DIA menyertai kita.
Kedua, Gusti aweh pitulungan. Pada waosan kapindo diambil dari Pangentasan 14:15 – 15:1 tentang bagaimana Allah menyertai dan menolong Bangsa Israel dari kejaran bala tentara Mesir. Allah tidak hanya menyertai tetapi juga memberi pertolongan. Tidak hanya dulu kepada Bangsa Israel, tetapi juga kepada kita sekarang ini. Itu membuat kita tidak perlu takut.
Ketiga, akeh salah mertobat entuk ati anyar. Bacaan ketiga diambil dari Kitab Ezekiel dengan petikan sebagai judul ‘kowe bakal Daksiram banyu bening lan Dakparingi ati anyar‘, kamu semua bakan disiram dengan air bening dan diberi hati baru. Pun kita telah berdosa, ‘krana Asma-Ku sing suci sing wis kogawe kucem‘ tetapi kita diberi kesempatan memperbaiki diri. ‘Kowe bakal Dakresiki saka sakehe reregedmu lan kabeh gugon tuhonmu. Kowe arep Dakparingi ati anyar lan batinmu Daktanduri roh anyar‘. Jika sudah begini apa yang membuat kita takut?
Itu semua karena Sang Putra Terkasih yang dikurbankan sebagai silih dosa manusia sudah bangkit mengalahkan maut ‘Sang Kristus wungu saka seda lan ora bakal seda maneh‘. Ini harus jadi keyakinan kita sehingga kita berani dan hidup dalam iman akan Yesus Kristus. Begitu homili Romo Santo yang diingat. Ya diingat karena di ritus penutus Romo Santo mengulangi dalam bahasa Indonesia isi homili tadi secara ringkas agar yang tidak mengerti bahasa Jawa bisa mengikuti dengan baik.
Setelah homili disambung dengan ‘ngenggalaken prajanji baptis‘, ya mengulangi janji baptis. Sebagai orang Katholik untuk sanggup untuk ‘nyingkur setan, mbrantas kadurakan, ninggal panggodha, nglawan sarupane tindak murang adil‘. Diterus ‘ngandel marang Allah, Rama kang Mahakuasa, Gusti Yesus Kristus, Putra Dalem ontang-anting….‘ yang merupakan bentuk dari syahadat iman kepercayaan Katolik. Umat mendapat percikan air suci dengan memegang lilin yang dinyalakan berasal dari lilin Paskah, yang menandakan baptis yang pernah diterima diperbaharui. Sementara gending-gending menyanyikan beberapa lagu. Tidak panjang waktu karena umat juga tidak terlalu banyak, 250an saja.
Upacara dilanjut dengan liturgi Ekaristi dan ritus penutup dengan berkah meriah Paskah. Tak terasa malam semakin larut. Lihat penunjuk waktu sudah menunjukkan pukul 21:50an yah hampir 3 jam. Meski misa sudah selesai umat masih banyak yang beradu cerita di depan gereja, tak ada yang buru-buru. Membalas senyum dan ucapan ‘Selamat Paskah’ begitu mudah diberikan umat. Memang misa dengan gending akan menjadikan waktu lebih panjang tetapi terasa sangat menyentuh dan membuat haru yang dalam.
Semoga catatan ini menjadi pengingat serta penyimpan memori di internet. Tak muluk-muluk, reportase dibuat untuk melatih menulis dan menyimpan tulisan yang dibuat.
Reportase ini, meskipun telat upload, menandai berakhirnya reportase Pekan Suci. Besok mungkin muncul cerita yang lain dan yang lain lagi.
ciao.