Ciuman (Bibir) Pertama
Semua ada awal mula atau pertama. Siapa inget pacar pertama? Aku gak inget yang mana harus disebut pacar pertama. Tapi ku ingat ciuman pertama.
Ya ciuman bibir, bukan cuma tempel pipi kanan kiri. Bukan. Jika yang seperti itu, malah lupa dengan siapa. Saking banyaknya dan tidak mengesan.
SMA darah muda. Menggelegak. Dia aku anggap pacar. Entah dari dia ke aku. Tapi rasanya kita pacaran. Surat-suratan, meski kita di satu kota eh kampung, satu sekolah. Belajar bersama, sudah pasti. Itu kamuflase. Jika ada teman yang mergoki, kita sedang bahas pelajaran. Ada saja satu dua teman yang datang pas aku di rumahnya. Aku ke tempat dia seperti biasa. Sekali dua, dia ke rumahku.
Sampailah suatu ketika. Hendak pulang dari rumahnya. Hari telah gelap. Sudah pamit ke keluarga, ada adik dan bapaknya. Berhenti di beranda depan. Sambil berdiri. Ngobrol lagi. Lupa ngobrol apa. Ingetnya, pas mau pulang.
‘Soen pipi ya?’
Dia menyodorkan pipinya. Aku cium dengan batang hidung, ke pipinya. Halus. Kanan. Kiri juga. Terus aku lihat matanya. Dipegangnya daguku. Terus dia cium di bibir. Beneran. Di bibir. Dia yang cium aku duluan. Hangat. Sedot bibir, mainan lidah. Ah wis ah. Wis itu pokoknya ciuman yang tidak akan hilang dari ingatan.
‘wis ah’ terus aku ngeloyor ke luar, setelah elus pipinya, sambil bilang: : ‘makasih’. Gak aku tatap lagi matanya. Gak berani. Entah bersalah, takut atau malu atau senang mungkin nafsu juga. Campur aduk. Bingung tapi seneng.
Pulang ke rumah naik sepeda. Itu bersepeda berasa terbang. Melayang. Di hari itu aku gak tidur. Beneran.
Itu ceritaku. Cerita nyata tapi tokohnya tak aku tuliskan.
Tabik.