Sudah dua hari ini Buni sibuk, cucian banyak, belanja oleh-oleh, dan packing ke koper maupun ke box. Iya packing ke box untuk barang-barang rumah tangga yang tidak akan terpakai: kompor, panci, piring, gelas dan macam lainnya. Jika tidak liburan, rumah kosong dan belum ada almari buat simpan itu semua. Demi aman dan bersihnya, kata Buni, semua masuk box plastik.
Buni sibuk packing kami, Robyn Kikhu, sibuk kepo yang dilakukan. Endus sana sini. Siapa tahu ada potongan atau remah yang bisa diberikan ke kami. Tepatnya buat Robyn yang hidup utama buat makan.
“Sama olah raga lari eh, jadi badanku berisi gini” celetuk Robyn.
Buni pernah cerita waktu kami umur 3 bulan, Robyn pernah makan sobekan kain keset. Terus kontipasi sampai pingsan dan dibawa ke dokter. Di opname sehari. Tuh akibat makan semaunya. Makan tuh mesti lihat-lihat, jangan semua diembat Ing.
Oiya Pawi kasih nama panggilan sayang ke kami masing-masing: I-Ung dan O-Ing. Masing-masing buat Kikhu dan Robyn. Kami sih seneng aja diundang pakai nama apa juga. Yang penting, setelah diundang kami diberi makan, diberi pelukan, diajak bermain. Jangan diberi sentil kalau kami nakal. Itu bukan diundang tapi dihardik.
Masih gelap, dingin Buni sudah kasih makan kami. Kami lahap meski terasa ada rasa antimo, obat anti mabok. Main halaman sebentar, kencing sana sini. Yups bener, pagi ini kita balik. Kami masuk di bagasi yang kursinya sudah dilipat. Yehaaaaaa.
Meluncur kencang menembus kabut mengikuti kelok jalan desa. Pintas lewat Turi langsung sampai Tempel. Ada sedikit insiden salah jalan. Sebelumnya Pawi sudah menandai kapan mesti belok kiri dan kapan mesti langsung jika ketemu perempatan. Entah kenapa, Pawi merasa sudah pilih lurus tapi kok nyatanya salah jalan. Gak sampai 200 meter, disadari terus puter balik.
Sambil masih bingung, “udah ya aku anterin sampai sini, baik-baik semua” kata Pawi. Buni kaget. Kok. “Iya siapa tahu ada yang numpang tadi dan minta dianterin. Inget khan kepulangan kemarin juga salah jalan di sini. Padahal jelas kita tidak ambil jalan ke kiri tadi.” Jelas Pawi. Iyalah, susah pasti dijelasin. Buni dan Pawi saja bingung begitu, apalagi kami.
Kelok jalan naik turun, mengocok perut kami. Belum berhenti pertama, aku muntah. Ada yang lucu, Robyn menghindari dengan naik ke atas tumpukan tas. Ini gambarnya:
Sebelum masuk jalan alternatif Ambarawa, kita minggir di SPBU. Buni Pawi pipis dan cuci muka. Tentu ngantuk ya, apalagi dingin banget eh. Lanjut.
Kejadian lagi deh. Kami naik-naik tumpukan kardus dan tas. Mepet ke jendelan tiba-tiba: WUSSSSS angin kencang masuk mobil. Aku kaget mau locat ke depan. Takut banget.
Saat itu Pawi lagi berusaha menyalib mobil depan yang jalannya juga gak pelan, di jalur kanan. Arah depan juga ada sinar lampu, berarti ada kendaraan. Waaaaa untung bisa balik ke kiri. Sambil masih kencang, Pawi tutup jendela kiri belakang.
Yah gegara itu children window tidak dikunci, keinjek aku ketika berusaha naik, jendela terbuka. Kaget banget. Ampun deh. Pawi mesti cek semua sebelum jalan ya. Jangan kejadian lagi.
Semarang cepat terlewati, masih pagi, juga Kendal. Terus sampai Batang, Alas Roban. Pawi pinggirin mobil. Istirahat. Kami jalan-jalan sekitar, endus dan pipis sana sini sama Pawi. Buni bersihin alas kami. Minum agak banyak. Tapi tanpa makan.
Hati-hati Byn, kalau direm mendadak bisa jatuh lho.
Lanjut jalan. Gak ada yang diceritakan. Berhenti lagi di SPBU Muri, sudah 350an kilometer dari Rumah Karanglo – Wilest Wisma Kasepuhan begitu tag di Google Maps- saatnya isi bahan bakar. Juga sarapan buat Pawi Buni. Kata Buni di perhentian ini arem-aremnya oke banget. Kami jalan-jalan sekeliling aja. Aku masih minum, Robyn tidak. Dia kepayahan juga mabok.
Terus masuk tol aja. Di kepulangan terdahulu, Buni gantian mengemudi. Pawi ngantuk berat. Kali ini tidak, lanjut terus. Lancar jalannya.
Sampai ke Tol Cipali, ada kejadian lagi. Kuku kakiku nyangkut di rantai. Aku gak bisa apa-apa. Buni dan Pawi gak tahu, Robyn angler di atas tumpukan kardus.
Betapa tersiksa. Kuku polidaktilku nyangkut di rantai.
Berhenti lagi di rest area kedua Cipali. Pawi menyadari ada yang tidak beres dengan diriku. Dibantu Buni, beres deh. Tapi kakiku terasa gak enak banget. Kami gak turun, hanya dikasih minum dingin. Aku minum banyak. Robyn gak mau minum.
Selanjutnya gak ada yang istimewa, tol terus hingga sampai kilometer 600an, dihitung dari titik berangkat, sampailah rumah BSD. Total waktu dua belas jam dengan berhenti, tanpa insiden bahaya.
Pas kami turun, eh di halaman ada Si Putih. Langsung kami semangat. Kami ajak dia bermain tapi dia anggap kami mau nakal. Sempet cakar muka kami. Aduh.
Segitu cerita Pulang Balik kali ini. Lanjut nanti cerita berikutnya.
Arah jarum jam: kami menikmati panas yang sejuk, Robyn yang ngintip ketika ditinggal Buni turun, Kikhu dengan perut gendutnya, Robyn ganteng, dan kesialan Kikhu.