Pas tanggal 1 Januari 2017 kemarin, kami berdua, Robyn dan Kikhu, dimandikan. Jadi bersih tapi tidak wangi. Kulit Robyn sensitif, jika kena sampo wangi jadi gatel. Kemarin Buni beli sampo yang tanpa wewangian. Tetap fresh dan lembut sih.
Mandi itu sepertinya pertanda, kami akan diajak mudik. Buni Pawi jarang memandikan kami, biasanya hanya diusap dengan kanebo basah dengan air pakai dettol. Kami mandi jika ke Rumah Terraria, mandi berenang. Tapi aku tidak begitu suka. Robyn apalagi, kayak trauma.
Benar pertanda itu. Jumat malam kursi mobil belakang dilipat, terus koper dan tas ditaruh mepet di lipatan kursi, ditutup pakai plastik, diikat kuat. Kata Buni, biar aman dari pipis kami. Padahal susah banget pipis di mobil dan bergerak.
Plastik dan kain pelapis dihamparkan. Jelas ini akan jadi tempat kami. Jelas kami akan diajak dalam perjalanan panjang. Packing selesai. Asyik.
Pagi masih sekira jam 3, Sabtu 7 Januari 2017 dini hari ya, kami sudah dibangunkan. Makan dengan porsi kecil, sepertinya dicampur antimo. Tentu maunya biar kami tidak mabuk. Belum jam 4, mobil berangkat. Pawi depan setir, Buni sebelahnya. Kami menguasai bagian belakang. Lega.
Tidak banyak yang diceritakan selama perjalanan, biasa saja. Kecuali karena boring, Robyn naik ditumpukan koper. Duduk enak di situ. Tapi gak lama, Buni usir Robyn.
“Eh, bahaya itu. Bisa ganggu pengemudi” sambil dorong Robyn turun. Mobil oleng dikit. Sepertinya asyik duduk di situ. Aku coba duduk juga. Tapi kupilih di belakang Buni. Iya enak, kayan duduk di bangku. Buni gak mengusir, tapi aku bosen juga akhirnya.
Perjalanan berhenti tiga kali. Sekali di rest area Cipali. Enak ini tempatnya luas. Kami bisa jalan-jalan lumayan. Sekali lagi di SPBU MURI. Sepertinya Buni sekalian beli makanan buat sarapan dan makan siang. Nasi Megono, telor asin, gorengan dan arem-arem. Tapi kami gak diberi makan. Minum aja.
Masuk kota Pekalongan macet, ada jalan ditutup dan terpaksa lewat jalan alternatif. Macet karena jalan kecil dan ada yang parkir. Gantian jalan tapi gak tertib. Kadang saling serobot. Manusia memang suka begitu.
Kami kepayahan sejak Pekalongan ini. Aku mabuk. Kain pelapis jadi basah dan kotor. Pawi akhirnya ambil jalan yang bisa minggir di Batang, jalan alternatif Alas Roban. Berhenti lagi. Lumayan ilangin boring dan capek. Makan sedikit dan minum banyak.
Robyn milih jalan saja yang banyak, jauh.Tentu bikin kesel mereka. Buni bersihin bagasi, Pawi ajak jalan kami. Kata Pawi, kalau kami nakal akan ditinggal dituker durian. Tentu itu candaan. Mereka tuh sayang banget ke kami kok.
Lanjut jalan lancar sampai lewat Ambarawa hujan. Asyik jadi dingin di dalam mobil. Asyik buat tidur.
Beginilah enaknya kami tidur. Foto diambil Buni.
Kami tidur terus. Sampai macet di Mertoyudan gegara banjir pun tidak kami tahu. Hujan lebat sekali ketika lewat Muntilan. Lebat hingga ga kelihatan jalan, kata Pawi.
Kami ambil jalur alternatif Tempel-Turi-Pakem-Cangkringan. Jalannya halus meski agak sempit. Setelah hampir total 12 jam, sampai kami di rumah Karanglo – Cangkringan.
Horeeeee akhirnya sampai. Ini bentuk kami gak sabar nunggu pintu bagasi dibuka:
Pawi sudah tag di Google Maps: Wilest – Wisma Kasepuhan. Silakan yang mau main.
Sekian rekaman perjalanan mudik kali ini. Berlibur, begitu tema mudik kali ini kata Pawi. Semoga bener berlibur, kami bebas ngapa-ngapain.
Ciao dari Kikhu