Sudah sekitar sebulan terakhir ini saya punya kegemaran baru. Beberapa teman bahkan bilang: punya pacar baru. Iya kalau pacar lama, banyak soalnya. Betul. Pacar baru ini imut dan menggemaskan. Saya jatuh cinta dengannya karena dua alasan.
Alasan pertama. Saya butuh sesuatu yang bisa membuat saya fokus dan tidak terlalu cepat jatuh pikun. Tanda-tanda pikun sudah mulai terlihat nyata. Awal umur 40-an saya sudah mulai kesulitan mengingat nama orang. Pun orang itu ada di depan saya, saya dapat lupa namanya. Kegiatannya, bahkan peristiwa bertemu dengan orang itu saya masih ingat, tapi namanya sering kali ‘blank‘, tidak ingat sama sekali. Di ujung umur 40-an, saya menunda menggunakan hitungan 50 hingga saatnya tiba, semakin parah kepikunan itu. Ketika di depan kelas atau ngobrol, saya sering kehilangan kata yang sudah saya pikirkan untuk saya gunakan. Betul-betul hilang, beberapa detik hingga beberapa saat hingga saya batal menggunakan kata itu. Biasanya kata-kata jargon.
Nah kata orang, atau saya baca dimana begitu, mempelajari bahasa baru, mengisi teka-teki silang dapat mengaktifkan lagi ingatan atau mencegah ingatan agar tidak gampang pikun. Saya pilih mempelajari bahasa baru. Bener-bener baru. Tapi bukan bahasa dalam arti language tapi bahasa pemrograman. Setelah mikir dan cari wahyu sendiri saya mendapatkan inspirasi untuk belajar bahasa python. Ya Python, bukan sebangsa ular dan tidak berhubungan dengan ular, sebuah bahasa pemrograman tingkat tinggi. Intinya, kata yang membuat dan pendukungnya Python ini kayak bahasa Inggris biasa. Wis pokoknya niat belajar !
Alasan kedua: imut dan murah. Terkait dengan alasan pertama maka bahasa yang saya pelajari itu haruslah dapat dibuktikan, dinyatakan sehingga ada ukuran saya berhasil atau gagal dalam mempelajari bahasa baru. Soal belajar bahasanya lho ya, bukan soal pikunnya ! Cari punya cari, kebetulan di kantor ada rekan kantor yang lagi seneng sama elektronik dan dia punya proyek bikin lampu LED berkedip sesuai perintah. Proyek dia menggunakan arduino.
Tidak seserius rekan tadi, mesti belajar bahasa C, yang dianggap bahasa tingkat rendah, gak mungkin sanggup saya, saya pilih Raspberry Pi. Raspberrry Pi ini komputer kecil, sebetulnya lebih tepat disebut modul komputer, seukuran telapak tangan. Raspi, begitu banyak orang dan saya menyebutnya, hanya sebuah modul prosesor tanpa keyboard sebagai alat input maupun layar sebagai alat output. Menantang sekali.
Ini gambar saya pungut dari internet, bukan foto pacar baru saya 🙂
Nah mulailah hari-hari belajar dan mencoba. Televisi menjadi korban sebagai layar monitor. Keyboard wifi seharga empat puluh ribu rupiah dengan kualitas yang KW7 jadi alat input. Baca-baca jadi kegiatan harian saya. Jika akhir minggu, Sabtu dan Minggu, hampir tidak pernah saya keluar rumah. Sibuk dengan pacar baru itu. Tentu juga tidak perlu harus mandi pacaranya.
Apa yang sudah dicapai sama pacar baru ? Tidak terlalu menonjol. Tapi terus terang setiap kali muncul kekaguman yang luar biasa, mungkin bisa disebut orgasme -kebetulan khan judulnya pacaran- setiap kali sebuah kemajuan diraih. Bisa install saja sudah bikin jingkrak-jingkrak. Bisa di-ssh (secure shell), jadi Raspi bisa di akses dari laptop bikin koprol.
Mau mengikuti perkembangan pacaran saya. Silakan follow akun twitter @raspiono. Itu bot twitter. Artinya yang nge-twit itu ya pacar baru saya tadi. Sudah dibuat otomatis.
Begitu cerita pacar baru saya. Jika ada kesempatan saya akan bagikan jungkir balik saya dengan pacar baru ini. Ciaoooo
One thought on “Pacar Baru”