Selasa selepas sarapan lanjut perjalanan. Surabaya arah tujuan melewati Demak Kudus Pati Rembang Juana Lamongan Tol Gresik Surabaya.
Ini perjalanan lewat jalan kelas satu. Ada beberapa jalan masih diperbaiki; ditambal maupun ditinggikan. Perjalanan lancar meski tiap kali harus menyalip truk kontainer tanki yang kosong maupun yang penuh muatan. Sekali dua berpacu dalam jalan yang lurus mulus, acapkali ketemu yang bergelombang, tanpa banyak pasar tumpah.
Perjalanan lewat Juana Rembang lewat pinggir laut, bukan pantai, karena debur ombaknya menghantam ke pinggir jalan. Bener-bener pinggir jalan. Pengalaman yang menarik, pemandangan yang sungguh indah rasanya tak kalah dengan perjalanan Queenstown – Christchurch pas pinggir danaunya. Perahu nelayan berjejeran bergerak-gerak digoyang ombak. Kebetulan jalanan juga baru selesai diaspal, bahkan belum sempat diberi tanda garis batas, menyempurnakan keindahan itu rasanya.
Seperti hidup manusia, kadang tidak kita sengaja menemukan keindahan hidup tanpa sengaja pada wilayah-wilayah yang kita tidak perkirakan. Perjumpaan dengan orang asing, penyelesaian masalah rumit, dan sebagainya kadang meninggalkan kenangan indah. Tidak hanya sekedar perjumpaan atau masalah selesai.
Malam ini bermalam di Bangkalan, Hotel Ningrat, satu-satunya hotel yang kami temukan setelah nyasar ke sana ke mari. Bahkan sampai harus putar balik karena jalan buntu. Banyak muter-muter karena hampir semua jalan, terutama yang tidak lebar, dibuat searah. Tanpa peta membuat jalan yang sama dilewati dua tiga kali. Dan itu tidak langsung disadari. Akhirnya perlu tanya dua tiga orang baru sampai tujuan. Kitapun butuh peta hidup, biar tidak putar-putar tanpa perlu, biar arah tujuan jelas. Sekali dua perlu tanya-tanya mereka yang tahu, biar mengkalibrasi tujuan hidup kita.
Tulisan tanpa alenia, bikin sebel juga…. 🙂