Barak Pekerja dan Pekerjaan

(Cerita sebelumnya tentang perjalanan memasuki Rusia, ini lanjutannya tentang barak pekerja dan pekerjaannya.)

Ternyata mereka tidak akan bekerja di Chusovoy tapi masih masuk ke pedalaman lagi, tepatnya di Teplaya-Gora. Pengawas kerja di situ melihat dan memperhatikan dengan penuh keraguan kepada Lypinski maupun Kuralski yang pergi tanpa keluarga. Baginya mungkin cukup aneh ada orang dengan sukarela bersusah-susah menjadi sukarelawan di pabrik penggergajian kayu. Untuk meyakinkan Cizsek menceritakan ‘tragedi keluarganya’, begini tulisnya:

The judge seemed immediately suspicious of Nestrov and me, two men traveling together without families. I had to tell him the tragic story of how I lost my wife and children in one split-second during a German air raid. We had been crossing the street, I said, when the bomb exploded next to us. My wife and son and two daughters were killed outright; I was blown across the street. When I could crawl back to the crater, I found my wife lying across the body of our youngest daughter, both dead, and of the other children there was no sign. I felt my whole life had ended, so I decided to seek a new life in the lumber yards of the Urals, where the pay was rumored to be good and few questions would be asked. (hal. 50)

Tapi cerita itu tidak menimbulkan simpati sedikitpun bagi pengawas. Pengawas tetap memandang penuh curiga kepada Nestrov dan Ciszek. Namun di luar pengawas yang sok itu, para pekerja sukarela di Teplaya-Gora menyambut rombongan Ciszek dengan baik. Mereka tentu pingin tahu berita-berita yang ada, mereka haus akan informasi. Status mereka sebetulnya pekerja. Namun pekerja sukarela di negara komunis pula, perlakuan yang mereka terima tidak berbeda dengan para tawanan. Memang mereka mendapatkan upah, namun perlakuan pengawas dan pengawasan yang dilakukan menunjukkan mereka bukan pekerja bebas tapi tawanan.

Mereka masuk ke barak baru di Teplaya-Gora, tulis Ciszek:

At the lumber camp, the barracks were new and raw. Large sections in the walls, where the timbers had warped, were stuffed with mud and a plaster like stucco. The partitions between rooms were roughly done; through the ill-fitted boards you could see every move of people in the room next door. There was little enough privacy that way, but most of the families at least had a room to themselves. Nestrov and I, since we had no families, were assigned to a dormitory.

There were clean sheets on the beds—straw mattresses stretched over boards—and the floors were scrubbed. There were clean, rough-hewn tables and a stove in each section of the barrack for heating. Cooking was done on another stove at the end of the corridor that ran between the rooms, and everyone took turns at it during mealtimes. (hal. 52 – 53)

Ya seperti itulah jika Ciszek menuliskan bangunan atau kondisi. Jadi kita bisa ikut membayangkan karena detail penggambarannya. Itulah saya kira menariknya buku ini dibaca secara langsung. Namun yang tidak membaca secara langsung tetapi membaca yang saya tulis ini, kiranya dapat deh gambaran kasar apa yang ditulis di buku itu.

Setelah melalui interview segala macam, Nestrov kerja administrasi di kantor sedang Cizsek kurang beruntung karena tergolong sebagai tenaga kerja tanpa skill yang tugasnya mengangkat log-log kayu dari sungai dan menyusunnya sebagai tumpukan di darat dengan ketinggian tumpukan 6 kaki dan lebar lebih dari 50 meter. Kerja yang bener-bener kasar dan berat, belum lagi upahnya yang sangat rendah. Apalagi mereka orang baru, newbie pastilah dikerjain oleh mereka yang sudah dahuluan ke situ. Bahkan kadang Ciszek tidak dapat upah karena catatan pekerjaannya dicurangi oleh seniornya. Mereka berdua cepat belajar dari situasi dan segera saja diterima sebagai bagian dari pekerja-pekerja di barak itu. Ciszek dan Nestrov selalu menyatukan upah mereka untuk membeli makanan dan keperuan mereka berdua.

Mereka selalu mengingat pesan Uskup Agung Shepticki untuk selalu berhati-hati sehingga mereka masih menutup rapat identitasnya sebagai pastor, tidak mempraktikkan kegiatan terkait agama, dan tidak dapat secara terbuka merayakan misa di barak. Namun mereka membuka telinga mereka lebar-lebar dan mengamati apakah ada tanda-tanda religiositas di situ.

Kerja di kamp seperti itu ternyata mengenal jenjang karir. Cepat saja Ciszek dapat mencapai tingkat pegawai yang paling hebat yang pernah ada, legenda yaitu mencatat 55 meter kubik gelondongan yang bisa diselesaikan dalam seminggu. Jika pekerja Rusia mengejar rekor untuk mendapat pengakuan dan mungkin masuk ke partai (komunis) maka Ciszek hanya mengejar untuk mendapatkan tambahan upah. Sesuatu yang sungguh berarti di tempat yang seperti itu.

Untuk memperbaiki kondisi Ciszek melamar untuk menjadi seorang pengemudi dan melalui sebuah tes. Hasilnya Ciszek resmi jadi seorang “pengemudi kelas satu, Grade A” dengan tugas membawa truk dari Chusovoy – Teplaya Gora. Kualitas dan kepribadian Ciszek memang tidak diragukan, dalam kondisi apa pun dia bisa menjadi yang terbaik di kelasnya.

Sebuah pengalaman antara hidup dan mati diceritakan Ciszek begini:

(hal. 58 -59)

Cerita berikut akan lebih memaparkan suasana batin Ciszek sebagai seorang pastor. Seorang yang mempunyai tugas khusus dari uskup dan kongregasi maupun karena tahbisan pastor yang diterimanya. Masih ingin meneruskan membaca? Tunggu ya.

One thought on “Barak Pekerja dan Pekerjaan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *